[Masukan Script Kode Buku Tamu Anda Disini]



Terima Kasih








Pascapenggerebekan teroris di Cikampek siang tadi, dari tempat kejadian polisi menemukan barang bukti yang terdiri dari satu senjata api dan ribuan amunisi di rumah tempat dimana dua teroris berhasil dilumpuhkan dalam baku tembak, Rabu (12/5) sekitar pukul 15.00 WIB.

Menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Edward Aritonang dalam keterangannya kepada wartawan menyebutkan bahwa dua orang tewas saat penggerebekan oleh tim gabungan Densus 88 Mabes Polri dan aparat Polda Jawa Barat itu. Edward juga menyebutkan tim Densus mendapat perlawanan dengan tembakan dari para pelaku. "Dua orang berhasil dilumpuhkan setelah baku tembak terjadi," kata Edward.

Sampai berita in diturunkan, identitas dua orang anggota teroris yang tewas tertembak belum ada penjelasan resmi dari pihak kepolisian. Kelompok teroris yang digerebek di CIkampek, lanjut Edward, masuk dalam daftar pencarian orang oleh Polri. Edward juga belum bisa memastikan berapa orang yang dapat dibekuk oleh tim Densus 88, baik yang tewas maupun yang luka-luka setelah terjadi penggerebekan di dua tempat berlainan (Cikampek dan Cawang).

HUT BRIMOB

Minggu, 09 Mei 2010

HUT BRIMOB

BRIMOB


Brimob pertama-tama terbentuk dengan nama Pasukan Polisi Istimewa. Kesatuan ini pada mulanya diberikan tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala negara, dan mempertahankan ibukota. Brimob turut berjuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Di bawah pimpinan Inspektur Polisi I Moehammad Jasin, Pasukan Polisi Istimewa ini memelopori pecahnya pertempuran 10 November melawan Tentara Sekutu brimob merupakan kesatuan paling pertama di Indonesia, pada mas penjajahan Jepang Brimob dikenal dengan sebutan Tokubetsu kaesatsutai. Pasukan ini yang pertama kali mendapat penghargaan dari Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno yaitu Sakanti YanoUtama
[sunting] Beralih menjadi Mobrig

Pada 14 November 1946 Perdana Menteri Sutan Sjahrir membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai ganti Pasukan Polisi Istimewa. Tanggal ini ditetapkan sebagai hari jadi Korps Baret Biru. Pembentukan Mobrig ini dimaksudkan Sjahrir sebagai perangkat politik untuk menghadapi tekanan politik dari tentara dan sebagai pelindung terhadap kudeta yang melibatkan satuan-satuan militer. Di kemudian hari korps ini menjadi rebutan antara pihak polisi dan militer.
[sunting] Menghadapi gerakan separatis

Pada 1 Agustus 1947, Mobrig dijadikan satuan militer. Dalam kapasitasnya ini, Mobrig terlibat dalam mwenghadapi berbagai gejolak di dalam negeri. Pada tahun 1948, di bawah pimpinan Moehammad Jasin dan Inspektur Polisi II Imam Bachri bersama pasukan TNI berhasil menumpas pelaku Peristiwa Madiun di Madiun dan Blitar Selatan dalam Operasi Trisula. Mobrig juga dikerahkan dalam menghadapi gerakan separatis DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo dan di Sulawesi Selatan dan Aceh yang dipimpin oleh Kahar Muzakar dan Daud Beureueh. Pada awal tahun 1950 pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin Kapten Raymond Westerling menyerbu kota Bandung. Untuk menghadapinya, empat kompi Mobrig dikirim untuk menumpasnya.

Mobrig bersama pasukan TNI juga dikerahkan pada April 1950 ketika Andi Azis beserta pengikutnya dinyatakan sebagai pemberontak di Sulawesi Selatan. Kemudian ketika Dr. Soumokil memproklamirkan berdirinya RMS pada 23 April 1950, kompi-kompi tempur Mobrig kembali ditugasi menumpasnya.

Pada tahun 1953, Mobrig juga dikerahkan di Kalimantan Selatan untuk memadamkan pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Ketika Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) diumumkan pada 15 Februari 1958 dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai tokohnya, pemerintah pusat menggelar Operasi Tegas, Operasi Saptamarga dan Operasi 17 Agustus dengan mengerahkan Mobrig dan melalui pasukan-pasukan tempurnya yang lain. Batalyon Mobrig bersama pasukan-pasukan TNI berhasil mengatasi gerakan koreksi PRRI di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Timur, Riau dan Bengkulu.

Dalam Operasi Mena pada 11 Maret 1958 beberapa kompi tempur Mobrig melakukan serangan ke kubu-kubu pertahanan Permesta di Sulawesi Tengah dan Maluku.
[sunting] Berganti nama menjadi Brimob
Brimob - Unit Penyergap Bermotor

Pada 14 November 1961 bersamaan dengan diterimanya Pataka Nugraha Sakanti Yana Utama, satuan Mobrig berubah menjadi Korps Brigade Mobil (Korps Brimob).

Brimob pernah terlibat dalam beberapa peristiwa penting seperti Konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963 dan aneksasi Timor Timur tahun 1975. Brimob sampai sekarang ini kira-kira berkekuatan 30.000 personil, ditempatkan di bawah kewenangan Kepolisian Daerah masing-masing provinsi.

Di tahun 1981 Brimob membentuk sub unit baru yang disebut unit Penjinak Bahan Peledak (Jihandak).

Semenjak tahun 1992 Brimob pada dasarnya adalah organisasi militer para yang dilatih dan diorganisasikan dalam kesatuan-kesatuan militer. Brimob memiliki kekuatan sekitar 12.000 personel. Brigade ini fungsi utamanya adalah sebagai korps elite untuk menanggulangi situasi darurat, yakni membantu tugas kepolisian kewilayahan dan menangani kejahatan dengan tingkat intensitas tinggi yang menggunakan senjata api dan bahan peledak dalam operasi yang membutuhkan aksi yang cepat. Mereka diterjunkan dalam operasi pertahanan dan keamanan domestik, dan telah dilengkapi dengan perlengkapan anti huru-hara khusus. Mereka telah dilatih khusus untuk menangani demonstrasi massa. Semenjak huru-hara yang terjadi pada bulan Mei 1998, Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) kini telah menerima latihan anti huru-hara khusus.Dan terus menerus melakukan pembaharuan dalam bidang materi pelaksanaan Pasukan Huru-Hara(PHH).

Beberapa elemen dari Brimob juga telah dilatih untuk melakukan operasi lintas udara. Dan juga sekarang sudah melakukan pelatiahan SAR(Search And Rescue)

Aku kagum dengan nyalimu



Di mata rekan-rekan sesama anggota Densus 88 Brigade Mobil, Briptu Boas Woasiri dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan bernyali besar. Jiwa gagah berani ini ditunjukkan dalam penyergapan teroris di daerah hutan kawasan Bayu, Lamkabeu, Seulimeum, Aceh Besar.

Namun, maut ternyata tak dapat ditolak. Keberanian dari Briptu Boas malah justru berakibat fatal baginya. Boas tewas diterjang peluru teroris dalam penyergapan oleh pasukan Densus.

Salah satu sumber di satuan Brimob menceritakan, sebelum diterjang rentetan tembakan mematikan, Boas sebelumnya juga sudah kena serempet timah panas kelompok teroris. "Dia sempat keserempet peluru tembakan teroris," katanya dalam perbincangan dengan Kompas.com, beberapa saat sebelum pemakaman Boas di Taman Makam Pemuliaan, Markas Pusat Pelatihan, Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (7/3/2010).

Boas masih beruntung kala itu. Terjangan peluru itu tak menghunjam organ penting tubuhnya. Meski terluka, Boas masih bisa bertahan dalam pertempuran itu. Malah, bukannya mengecilkan nyali, terjangan peluru itu malah membakar nyali dan membangkitkan keberaniannya. Boas berubah jadi buas. Ia kemudian berlari melakukan pengejaran para teroris yang menembakinya. "Mungkin emosi, dia langsung mengejar," tuturnya.

Perburuan Boas inilah yang akhirnya berujung maut. Tanpa berpikir lebih jauh terhadap risiko keselamatannya, Boas nekat mengejar kelompok teroris, bahkan hingga keluar dari ring yang dikuasai polisi. Aksi Boas ini terbilang nekat. "Dia kejar tanpa body armor. Mungkin dia pikir kebal, kali," terangnya.

Tak ayal, baku tembak pun kembali terjadi dalam pengejaran Boas, bahkan lebih besar dari sebelumnya. Namun, nasib beruntung tidak datang dua kali dan tak berpihak kepada Boas. Peluru timah panas kali ini bersarang menghunjam tubuh Boas. Ia akhirnya tewas dalam perburuannya di Lamkabeu, Seulimeum, Aceh Besar.

Sumber tersebut mengakui, Boas merupakan salah satu prajurit yang memiliki nyali dan kemampuan tempur yang luar biasa. Rekan-rekannya bahkan salut pada aksi yang diperlihatkan Boas dalam setiap praktik strategi pertempuran di lapangan. "Di muka perang, memang nyalinya besar sekali," ujarnya.

Nasib naas ini tak hanya datang ke Boas. Dua rekan Boas lainnya dari satuan Brimob Polda Aceh juga tewas dalam penyergapan tersebut. Bripda Darmansyah dan Bripda Suhandri Kusumo Malau ikut menjadi korban keberingasan kelompok teroris Aceh.

Bripda Darmansyah dan Bripda Suhandri Kusumo Malau lebih dulu dimakamkan di Aceh. Terhadap ketiga prajurit yang gugur di medan peperangan ini, kepolisian pun memberikan penghargaan dan penghormatan.

Briptu Boas Woasiri, Bripda Darmansyah, dan Bripda Suhandri Kusumo Malau diberi kenaikan pangkat dan penghargaan gelar Anumerta. Pangkat Boas yang sebelumnya brigadir satu menjadi brigadir. Sementara itu, Darmansyah dan Suhandri naik dari brigadir dua menjadi brigadir.

DENSUS 88 ANTI TEROR

Sabtu, 08 Mei 2010



Pages